Xiaomi menolak untuk menjual produk ponselnya di Amerika Serikat (USA). Keputusan tersebut dlakukan meski perusahaan adalah produsen ponsel terbesar ketiga dunia.
Sejauh ini, Xiaomi tercatat menjual HP-nya di lebih dari 50 negara. Termasuk dua pasar utamanya yakni China dan India.
Produk Xiaomi bukannya tak bisa ditemui di AS. Namun di negara itu, produk yang ditemui bukan smartphone, yakni lampu LED, perangkat streaming, proyektor, hingga power bank.
Android Central mencatat keputusan Xiaomi tak memboyong ponsel-ponselnya ke Negeri Paman Sam itu karena model bisnis perusahaan. Produk HP perusahaan diketahui jauh lebih murah dibandingkan smartphone Samsung ataupun Huawei, dan ada alasan di balik itu semua.
Perusahaan ternyata Cuma mengambil 5% profit dari harga jual produksinya. Alhasil, Xiaomi dapat memastikan produknya memberikan nilai terbesar untuk para pembelinya.
Sayang, cara serupa tak bisa diterapkan di AS. Sebab di sana, bisnisnya bergantung pada kerja sama dengan dengan operator telekomunikasi.
Jadi konsumen AS akan membeli HP dengan membayar kontrak jangka panjang dengan operator telekomunikasi. Cara yang berbeda dari negara lain yang membeli hanya produk ponselnya.
Xiaomi beralasan kemitraan dengan operator telekomunikasi membutuhkan investasi besar dan biaya penjualan akan melonjak tinggi. Ini akan menyulitkan bisnis perusahaan yang selama ini hanya mengambil 5% keuntungan dari ponsel yang berhasil dijual.
Sementara itu, hubungan panas antara AS dan China juga kemungkinan jadi alasan Xiaomi enggan melebarkan bisnisnya ke AS. Perusahaan dianggap enggan mengambil risiko karena kondisi ini, termasuk juga sebelumnya merek China lain Huawei yang harus kesulitan setelah diberi sanksi oleh pemerintah setempat.
Menurut Direktur Riset IDC, Nabila Popal mengungkapkan setelah apa yang terjadi dengan Huawei, bahwasanya merek China lainnya tidak mau mengambil risiko investasi besar-besaran di pasar yang bisa dengan mudah’memblokir’ mereka.